Pages

Saturday 30 October 2010

GO ORGANIC



Pengertian pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup berkualitas, dan berkelanjutan.
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain :
1. Menghindari penggunaan benih /bibit hasil rekayasa genetika ( GMO = genetically modified organisms ).
2.Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis.
Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi
tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh ( growth regulator ) dan pupuk kimia sintetis
Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu
pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak



Dirjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Friday 22 October 2010

COMPOSTING......lanjut





KOTORAN SAPI





Ternak ruminansia memberikan peluang yang besar untuk menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Pembuatan pupuk organik dengan bahan dasar kotoran sapi dilakukan dalam sebuah bangunan berukuran 4 x 10 m, beratap genting atau bahan lain yang tersedia. Dasar bangunan dibuat dari beton / semen bata, berdinding setinggi satu meter. Bahan bangunan dibuat dari kayu atau bambu . Kotoran sapi serta urin yang telah terkumpul di kandang, dipindahkan ke tempat pembuatan kompos. Sebaiknya lantai kandang di beri alas serbuk gergaji. Manure tersebut dicampur dengan bahan pengkaya ( enrichment ) yaitu probiotik ( PROBION ) dan pupuk UREA + TSP. Untuk setiap ton bahan pupuk diberi 2, 5 kg PROBION, 2,5 kg UREA, dan 2,5 kg TSP. Tinggi tumpukan sekitar satu meter, didiamkan sekitar 3 - 4 minggu, dengan pembalikkan dilakukan setiap minggu. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan sinar matahari secukupnya, kemudian digiling dan diayak untuk mendapatkan partikel pupuk organik yang relatif sama. Pupuk organik yang sudah siap ini, disimpan dalam karung untuk selanjutnya didistribusikan.



Informasi lebih lanjut, hubungi :

Unit Komersialisasi Teknologi
Balai Penelitian Ternak, PO Box 16002
Telp. 0251 - 240752, Fax. 0251 - 240754
E -mail : balitnak@indo.net.id
Website : http://www.balitnak.com

Tuesday 19 October 2010

COMPOSTING............lanjutan



Pengawasan Mutu Kompos

Bila kompos dihasilkan dan digunakan kembali di daerah pertanian tidak diperlukan suatu pengawasan atau pengaturan. Bila kompos diproduksi untuk dijual, maka diperlukan suatu peraturan agar kompos yang diperjual belikan memenuhi standar mutu yang dapat diterima. Negara- negara Asia memiliki bentuk pengawasan kompos yang berbeda-beda.Di Jepang, peraturan pemerintah, hanya membatasi pada batas maksimum yang diperbolehkan untuk logam- logam yang berbahaya seperti Cd, Hg, dan As sedangkan untuk kualitas lainnya, pemerintah Jepang mengadopsi dari negara lain. Peraturan di Taiwan mengklasifikasikan pupuk organik ke dalam 25 katagori, tergantung pada tipe dari bahan dasar yang digunakan. Sebagai contoh, kompos dari kotoran ayam yang diproduksi dan telah dipasarkan mempunyai sifat sbb:

Kandungan bahan organik 60 %
Kandungan air 35 %
Total N 1.2 %
Total P2O5 1.5 %
Total K2O 1.5% %
Zn 0.08 %
Cu 0.01 %
Total ( N+P2O5 + K2O ) < atau = 5 %

COMPOSTING............lanjutan


Limbah Pasar Dan Rumah Tangga Untuk Bahan Kompos

Mutu kompos akan lebih baik bila digunakan bahan organik yang bervariasi dari pada satu jenis saja, karena masing- masing komponen pada campuran bahan organik tersebut memberikan sumbangan yang berbeda terhadap siklus biologis dan siklus hara yang terjadi pada proses pengomposan. Banyak limbah organik yang bisa digunakan untuk bahan dasar kompos, seperti dari rumah tangga, kebun, lahan pertanian, peternakan, perkebunan, industri, limbah pasar dll.

Monday 18 October 2010

COMPOSTING..........lanjutan



Pengomposan dapat dilakukan secara aerob atau anaerob. Pengomposan secara aerob terjadi dengan kecukupan suplai udara atau oksigen. Limbah yang dikomposkan akan melapuk tanpa menghasilkan bau tak sedap dan cukup suhu yang tinggi untuk menghancurkan organisme pengganggu. Waktu yang diperlukan untuk proses pengomposan guna memperoleh kompos matang dan stabil tergantung pada beberapa faktor yaitu ( a ) rasio C/N bahan dasar. ( b ) ukuran partikel. ( c ) keberadaan udara dan ( d ) kelembaban. Kematangan kompos merupakan aspek yang penting dalam penentuan kualitas kompos. Penggunaan kompos yang tidak matang akan mendatangkan efek yang merugikan terhadap pertumbuhan tanaman, karena faktor panas yang ditimbulkan selama proses pengomposan berlangsung. Ada beberapa indikator untuk menunjukkan kematangan kompos antara lain nilai C/N rasio, pH, CEC, sedangkan sifat- sifat yang perlu diketahui pada tingkat petani yaitu warna serta aroma kompos. Kompos yang sudah matang berwarna coklat gelap dan berbau tanah ( earthy )

Sunday 17 October 2010

COMPOSTING











Bahan dasar yang akan dikomposkan seperti jerami , hijauan sisa panen atau sampah organik lainnya dipotong potong terlebih dulu dengan menggunakan golok atau jika volumenya lebih besar, menggunakan CHOPPER yang digerakan dengan generator. Bahan yang sudah berukuran kecil ini diberi bibit DECOMPOSER dan air, diaduk merata kemudian masukkan kedalam kotak berdinding plastik berukuran minimal 1x1x1 m.